Mengalami Keputihan saat Berhubungan? Ini Penjelasannya!

Keputihan saat berhubungan intim sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun, Anda perlu memperhatikan kondisi keputihan tersebut, apakah memiliki warna yang normal ataupun bau yang tidak menyengat. Sebagian orang memang cenderung cemas, ketika keluar keputihan setelah berhubungan intim.

Keputihan yang normal dibutuhkan untuk menjaga kondisi vagina agar tetap lembab. Anda tidak perlu khawatir, apabila keputihan terjadi tidak disertai dengan gejala penyakit lainnya. Namun, Anda harus waspada, karena bisa juga mengindikasi adanya infeksi penyakit. Baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahui seputar keputihan!

Kenapa Setelah Berhubungan Keluar Keputihan?

Secara umum, keputihan yang normal dan sehat dapat berupa cairan putih atau bening dan mengandung lendir cairan vagina serta serpihan sel. Keputihan yang normal mengacu pada jumlah keputihan yang keluar, yaitu satu sendok teh. Lebih lanjut, berikut penyebab keputihan setelah berhubungan intim yang perlu Anda pahami:

1. Infeksi Jamur Vagina

Penyebab umum dari keputihan setelah melakukan hubungan intim adalah adanya infeksi jamur di vagina. Jenis jamur yang dimaksud, yaitu Candida. Sedangkan istilah lain untuk infeksi jamur pada vagina disebut kandidiasis vagina

Jamur di vagina pada kondisi normal bisa tidak berbahaya, karena membantu menjaga keseimbangan pH vagina. Namun, apabila jamur tersebut tumbuh secara berlebihan atau tidak normal, maka akan menimbulkan infeksi. Keputihan dalam kasus ini dapat Anda ketahui, apabila berwarna putih dengan tekstur kental, namun terpecah-pecah. 

Sementara penyebarannya bisa terjadi melalui aktivitas hubungan seksual maupun tanpa melakukan hubungan. Beberapa gejala yang mungkin timbul ketika Anda mengalami infeksi jamur pada vagina setelah berhubungan intim, antara lain rasa nyeri saat berhubungan seksual. 

Bahkan, kondisi miss v bengkak dan perih setelah berhubungan juga dapat terjadi. Anda juga akan merasakan gatal di area sekitar atau dalam vagina, rasa seperti terbakar di vagina, nyeri dan sakit saat buang air kecil, sert terjadi pembengkakan, kemerahan, juga nyeri pada area vulva dan vagina.

2. Ejakulasi Wanita

Ejakulasi lebih sering dikaitkan dengan para lelaki, padahal, beberapa perempuan juga bisa mengalami ejakulasi yang memicu keluarnya cairan melalui uretra. 

Ada sekitar 10 sampai 54 persen perempuan mengalami ejakulasi saat melakukan hubungan intim, berdasarkan tinjauan sistematis para ilmuwan pada tahun 2013. Keluarnya cairan keputihan dalam hal ini masih termasuk kategori normal.

3. Perubahan Siklus Menstruasi

Keputihan saat berhubungan intim biasanya berkaitan dengan siklus menstruasi yang sedang Anda jalani. Apabila keputihan yang keluar mempunyai tekstur kental dengan warna putih normal, maka ini masuk kategori keputihan menjelang awal atau akhir periode menstruasi. 

Sedangkan keputihan yang berwarna bening, ini menunjukkan Anda sedang berada di masa subur atau ovulasi. Nah, ketika keputihan yang keluar berwarna coklat pada masa akhir menstruasi, ini termasuk sisa darah saat menstruasi. Jadi, kondisi keputihan yang seperti ini masih termasuk dalam kategori normal dan sehat.

4. Infeksi Bakteri Vagina

Infeksi bakteri pada vagina atau biasa disebut vaginosis bakteri, terjadi karena ketidakseimbangan pH di area vagina. pH yang tidak seimbang ini bisa terjadi karena aktivitas hubungan seksual atau kebiasaan membersihkan vagina yang berlebihan. 

Keputihan yang terjadi karena vaginosis bakteri ini menunjukkan warna yang tidak normal, yaitu berwarna abu-abu dan memiliki bau amis yang sangat menyengat. Hampir semua perempuan berpotensi mengalami infeksi bakteri di vagina. Namun, perempuan yang aktif berhubungan intim lebih besar peluangnya.

Beberapa gejala umum akibat adanya infeksi bakteri di vagina, antara lain keputihan yang keluar lebih banyak daripada biasanya, area vagina terasa gatal hingga seperti terbakar, terasa sakit ketika buang air kecil, dan ada bau amis yang semakin menyengat setelah berhubungan.

5. Gairah Seksual

Adanya gairah seksual saat berhubungan dapat meningkatkan aliran darah ke organ vital. Kondisi ini membuat pembuluh darah melebar dan terjadi pembengkakan pada area vagina, terutama labia, klitoris, dan jaringan yang melapisi vagina. 

Kelenjar vagina kemudian akan mengeluarkan cairan bening atau keputihan saat berhubungan. Ada pun cairan bening ini bertekstur kental dan berwarna putih susu. Fungsinya adalah untuk melumasi vagina, sehingga lebih mudah saat berhubungan intim.

Karena kemudahan tersebutlah, Anda juga bisa mendapatkan berbagai manfaat berhubungan intim saat hamil muda ataupun manfaat berhubungan saat hamil trimester 2. Pasalnya, hubungan seksual saat hamil bisa membuat pasangan lebih mudah mencapai orgasme dan mengurangi resiko melahirkan prematur.

6. Klamidia

Hubungan seksual dapat beresiko menyebabkan penyakit menular seksual yang memicu keputihan tidak normal. Salah satu jenis penyakit menular seksual yang sering terjadi adalah klamidia. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis. 

Klamidia menyebabkan cairan keputihan berwarna putih kekuningan hingga kuning.  Beberapa gejala lain yang mendukung penyakit ini, antara lain terasa sakit saat buang air kecil, nyeri di area panggul, keluar cairan pada dubur, dan terjadi perdarahan di vagina di luar masa menstruasi.

Apabila keputihan saat berhubungan yang Anda alami sesuai dengan gejala klamidia, maka penting bagi Anda untuk segera berkonsultasi dengan dokter. 

7. Gonore

Infeksi penyakit menular seksual lainnya, yaitu Gonore oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Wanita yang terinfeksi gonore akan mengalami keputihan dengan warna tidak normal, seperti putih kekuningan dan hijau. Jumlah keputihan juga lebih banyak daripada yang seharusnya.

Gejala penyakit gonore, antara lain rasa sakit dan sulit saat buang air kecil, adanya infeksi saluran kemih, dan perdarahan di antara periode menstruasi. Ketika Anda mengalami gejala ini saat berhubungan intim, sebaiknya segera untuk berkonsultasi dengan dokter.

Cara Mengatasi Keputihan Setelah Berhubungan Intim

Kondisi keputihan yang normal, tidak membutuhkan pengobatan tertentu, karena dapat membaik secara alami. Anda hanya perlu menjaga kebersihan area intim dan memperbanyak asupan air putih, agar kondisi kesehatan tetap terjaga. Namun, ketika Anda mengalami keputihan yang tidak normal, maka Anda perlu mengatasinya.

Melansir dari Halodoc, dokter biasanya menyarankan sejumlah obat untuk mengatasi keputihan berdasarkan penyebabnya. Beriktu penjelasannya:

1. Antibiotik

Jenis antibiotik tertentu seperti clindamycin berguna untuk mengatasi keputihan saat berhubungan intim yang terjadi karena bakteri. Anda bisa mengkonsumsi obat ini sesuai anjuran dokter dan tersedia dalam bentuk oral maupun krim oles.

2. Antiparasit

Kondisi keputihan yang tidak normal akibat parasit bisa Anda atasi dengan mengkonsumsi obat antiparasit. Jenis obat antiparasit yang umum, antara lain metronidazole dan tinidazole.

3. Antijamur

Keputihan saat berhubungan bisa terjadi karena infeksi jamur di vagina. Dalam kondisi ini, Anda perlu mengkonsumsi obat antijamur untuk mengatasinya. Beberapa jenis obat antijamur, antara lain miconazole, clotrimazole, dan fluconazole.

Mengalami Keputihan saat Berhubungan?

Secara keseluruhan, beberapa hal yang bisa memicu terjadinya keputihan setelah berhubungan intim, antara lain infeksi jamur, infeksi bakteri, perubahan siklus menstruasi, ejakulasi wanita, gairah seksual meningkat, dan adanya infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore.

Keputihan dalam kondisi normal memiliki warna yang bening atau putih susu serta tidak berbau menyengat. Apabila Anda mengalami keputihan yang tidak normal, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan seperti konsumsi obat antijamur, antiparasit, maupun antibiotik.

Read Previous

7 Dampak Negatif Berhubungan saat Hamil Muda, Wajib Tahu 

Read Next

Penyebab Sakit Perut Sebelah Kiri Atas Dekat Tulang Rusuk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular